Rabu, 13 November 2019

NYEMPUT SANG PEMBACA KEHIDUPAN


Rasa penasaran penulis terhadap naskah kuno masih terus berlanjut. Kali ini penulis ingin berbagi cerita sekaligus pengalaman mengenai ritual nyemput.  Cerita ini masih berkaitan erat dengan naskah kuno, naskah kuno yang dimaksud adalah naskah kuno puspa karma. Pembaca bisa mendapatkan informasi  tentang naskah puspa karma pada artikel penulis  sebelumnya. Penulis masih dengan lokasi dan narasumber yang sama, yaitu dengan bapak Mudhan dan lokasinya masih di Dusun Manggu Daye, Desa Ganti, Kecamatan Praya Timur, Kabupaten Lombok Tengah.

Nyemput atau sering juga disebut dengan bedemak, mbait, nyabut, dan nyejut, adalah dimana seseorang mengambil salah satu atau selembar naskah kuno untuk dibacakan isi dari naskah kuno tersebut, yang dimana percaya atau tidak percaya, naskah yang kita ambil tersebut merupakan perjalanan kisah kehidupan kita.

Tidak lupa sebelum proses nyemput narasumber menyiapkan persyaratan yang wajib ada sebelum melakukan pembacaan naskah. Persyaratan itu sendiri berupa beras, air kembang, uang logam, tembakau, dan buah pinang.
Syarat sebelum dilakukan pembacaan naskah


Pada saat prosesi nyumput, penulis tidak lupa membaca bismillah dan bapak mudhan mempersilahkan penulis  untuk memilih, penulis pun tertarik pada selembar naskah,  entah kenapa naskah itu sangat menarik perhatian, penulis mengambil naskah itu dan memberikannya pada bapak mudhan.  Naskah yang penulis dapat merupakan naskah teks asmarandane.

teks asmarandane pada proses nyemput


Bapak mudhan mulai membaca naskah tersebut. Naskah yang penulis dapat bercerita tentang seorang raja yang bertemu dengan seorang putri yang turun dari langit. Adapun isi dari naskah yang penulis dapatkan yaitu:

1.       Kamu selalu bercerita semua kegiatan dan kejadian yang kamu alami kepada orang tuamu.

2.       Kamu selalu senang, jujur, dan cerdas.

3.       Setiap kamu akan melakukan perjalanan orang tuamu selalu percaya kepadamu.

4.       Ada petunjuk atau perkataan orang tuamu yang selalu kamu ingat, dimana ketika kamu mengingat hal itu kamu akan bersedih.

Pendekatan yang menurut penulis cocok dengan ritual nyemput ini adalah pendekatan pragmatik. Pendekatan ini memandang sebuah karya sastra sebagai sarana untuk menyampaikan suatu tujuan kepada pembaca. Naskah tersebut dapat memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan yang kita lontarkan, Sehingga naskah tersebut dapat dijadikan sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembacanya.
Pada naskah kuno, dalam setiap lebar tulisan naskah itu terdapat makna yang hanya bisa dibaca oleh orang yang memang benar-benar mengerti kandungan naskah itu, seperti salah satunya adalah bapak Mudhan. Berdasarkan apa yang dibaca bapak Mudhan terhadap hasil naskah itu, penulis menyakini 70% apa yang di katakana oleh bapak itu memang benar.

Penulis hanya menjadikan apa yang diramalkan pada naskah itu menjadi pelajaran bagi penulis untuk kedepannya, agar penulis bisa menjadi insan yang lebih baik lagi. Jangan lupa jaga dan lestarikan kebudayaan yang kita punya agar bisa dinikmati anak cucu kita kelak.
BONUS
foto penulis dengan pak mudhan