Rasa penasaran penulis terhadap naskah kuno masih terus berlanjut. Kali ini
penulis ingin berbagi cerita sekaligus pengalaman mengenai ritual nyemput. Cerita ini masih berkaitan erat dengan naskah
kuno, naskah kuno yang dimaksud adalah naskah kuno puspa karma. Pembaca bisa mendapatkan
informasi tentang naskah puspa karma
pada artikel penulis sebelumnya. Penulis
masih dengan lokasi dan narasumber yang sama, yaitu dengan bapak Mudhan dan
lokasinya masih di Dusun Manggu Daye, Desa Ganti, Kecamatan Praya Timur,
Kabupaten Lombok Tengah.
Nyemput atau sering juga disebut dengan bedemak, mbait, nyabut, dan nyejut,
adalah dimana seseorang mengambil salah satu atau selembar naskah kuno untuk
dibacakan isi dari naskah kuno tersebut, yang dimana percaya atau tidak
percaya, naskah yang kita ambil tersebut merupakan perjalanan kisah kehidupan
kita.
Tidak lupa sebelum proses nyemput narasumber menyiapkan persyaratan yang
wajib ada sebelum melakukan pembacaan naskah. Persyaratan itu sendiri berupa
beras, air kembang, uang logam, tembakau, dan buah pinang.
Pada saat prosesi nyumput, penulis tidak lupa membaca bismillah dan bapak
mudhan mempersilahkan penulis untuk
memilih, penulis pun tertarik pada selembar naskah, entah kenapa naskah itu sangat menarik
perhatian, penulis mengambil naskah itu dan memberikannya pada bapak mudhan. Naskah yang penulis dapat merupakan naskah teks
asmarandane.
Bapak mudhan mulai membaca naskah
tersebut. Naskah yang penulis dapat bercerita tentang seorang raja yang bertemu dengan
seorang putri yang turun dari langit. Adapun isi dari naskah yang penulis
dapatkan yaitu:
2.
Kamu selalu senang, jujur, dan cerdas.
3.
Setiap kamu akan melakukan perjalanan orang
tuamu selalu percaya kepadamu.
4.
Ada petunjuk atau perkataan orang tuamu yang
selalu kamu ingat, dimana ketika kamu mengingat hal itu kamu akan bersedih.
Pendekatan yang menurut penulis cocok dengan ritual nyemput ini adalah pendekatan pragmatik. Pendekatan ini memandang sebuah karya sastra sebagai sarana untuk menyampaikan suatu tujuan kepada pembaca. Naskah tersebut dapat memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan yang kita lontarkan, Sehingga naskah tersebut dapat dijadikan sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembacanya.
Pada naskah kuno, dalam setiap
lebar tulisan naskah itu terdapat makna yang hanya bisa dibaca oleh orang yang
memang benar-benar mengerti kandungan naskah itu, seperti salah satunya adalah
bapak Mudhan. Berdasarkan apa yang dibaca bapak Mudhan terhadap hasil naskah
itu, penulis menyakini 70% apa yang di katakana oleh bapak itu memang benar.
Penulis hanya menjadikan apa yang
diramalkan pada naskah itu menjadi pelajaran bagi penulis untuk kedepannya,
agar penulis bisa menjadi insan yang lebih baik lagi. Jangan lupa jaga dan lestarikan
kebudayaan yang kita punya agar bisa dinikmati anak cucu kita kelak.
Mantap lenga
BalasHapusWahh pengalaman yang menarik, ditunggu episode selanjutnya tentang naskah kunonya
BalasHapusCantik.......
BalasHapusTerbaik dah, semoga bisa di jadikan pelajaran. 😉😊
BalasHapusMenarik 😊
BalasHapusDitunggu artikel berikutnya, foto banusnya hiyahiya😊
BalasHapusSemoga dengan hasil nyeput itu, bisa memotivasi kita untuk menjadi lebih baik. 😊
BalasHapus